Rabu, 29 Februari 2012

Muslimah...

Disadari atau tidak, sebagian besar wanita sering terpengaruh dengan kehidupan materialistik, hedonisme, hura-hura dan santai. Sebagai seorang muslimah, sedapat mungkin berupaya untuk menghindari budaya hidup seperti itu. Karena tidak hanya bisa membuat rapuh pribadi muslimah, hal ini bahkan dapat membuat kita enggan untuk bergerak dan berjuang. Sementara perjuangan dan kemalasan adalah dua kutub yang tidak akan pernah bisa dipadukan. Kehancuran diri bermula ketika kecenderungan materialistik lebih tinggi dari semangat kebersahajaan dan pola hidup sederhana (qana'ah), sehingga secara perlahan kita akan melupakan Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, karena kita terpola dan diperbudak oleh hasrat memiliki dunia. Hendaklah kita berkaca pada Ummahatul mukminin dan shahabiyat, mereka adalah cermin para muslimah militan sejati. Malu rasanya bila dibandingkan dengan mereka, tantangan yang mereka hadapi jauh lebih berat, sementara sarana dan pasilitas yang mereka dapatkan jauh lebih sedikit dari yang kita miliki saat ini, tapi mereka tetap tampil menawan dengan militansi keimanan hingga akhir hayatnya.

Setidaknya ada 4 hal dominan yang banyak menyebabkan menurunnya militansi seorang muslimah:
1. Lemah dalam mengurus diri sendiri.
Yaitu seorang muslimah yang tidak mampu membentengi dirinya dengan pertahanan. Kondisi seperti ini rentan terhadap godaan yang ada, dan mudah terjerumus dalam maksiat. Disebabkan kurangnya pendidikan dzatiyah (potensi dan kepribadian) dan rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

2. Bermain-main dengan dosa.
Terkadang ada fase dimana kejenuhan datang. Ini masa yang pasti akan muncul. Dimana syaithan mulai bermain dengan sangat gesit dan piawai, mengajak manusia untuk berbuat dosa. Celah-celah kemaksiatan seolah terbuka dengan lebar. Mungkin awalnya hanya iseng dan coba-coba dengan dosa yang ringan. Tapi justru itulah awal kehancuran. Rasulullah Saw. telah mengingatkan agar masa-masa kejenuhan dilewati tetap dalam bingkai hukum Islam dan syariat-Nya, bukan dengan melegalkan kemaksiatan sesuka hati. Yang pada akhirnya membuat diri semakin dalam terjerumus, dan enggan untuk bangkit.

3. Beban yang berlebihan.
Sebagai seorang wanita, perasaan lebih dominan berperan ketimbang logika. Sehingga ketika ada masalah yang sedikit saja, rasanya beban terasa lebih berat dan berlipat ganda. Baik itu masalah keluarga, himpitan ekonomi, pendidikan yang gagal, dan lain-lain. Jika tidak segera diselesaikan dengan baik, sedikit demi sedikit hal ini akan meruntuhkan militansi dan prinsip hidup. Sedangkan kunci menghadapi permasalahan adalah dengan kesabaran dan tawakal. Jangan sampai permasalahan dan problema yang melanda membuat muslimah menggadaikan jati diri dan identitas keislamannya.

4.Bergesernya presepsi tentang hidup
Saat orientasi kita bukan lagi dikembalikan pada Allah, Semakin menjauhkan kita dari Nya. Begitupun dengan pandangan hidup yang berubah pada gaya hidup materialistik. Dengan kata lain, sikap untuk menggapai dunia membuat kita kepada Allah dan kewajiban kepada-Nya. Kita tentu masih mengingat cerita Qarun dan Nabi Musa, bagaimana saat itu kaumnya lebih tertarik pada fenomena Qarun dan gelimangan hartanya dibanding fenomena Musa. sehingga lambat laun, militansi yang dimiliki mulai mengendur hingga hilang sama sekali.

Akhirnya setiap diri kita dituntut untuk meningkatkan militansi dalam beragama. Dengan cara menjaga keikhlasan dan kemurnian orientasi perjuangan karena Allah. Kemudian menguatkan komitmen untuk mengikuti sunnah Rasulullah Saw. sebagaimana yang dilakukan para Sahabat dan Shohabiyatnya. Membersihkan jiwa dari segala penyakit, dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta zuhud pada dunia. Kitapun berusaha menghindari penyimpangan-penyimpangan sekecil apapaun. Satu hal yang penting bahwa setiap kita adalah calon ibu (bagi yang belum menikah), di mana kita memiliki peran penting melahirkan generasi Rabbani yang akan turut memperjuangkan Islam. Tanamkan juga militansi pada anak-anak sejak dini, seperti halnya shohabiyat yang melahirkan anak-anak yang cerdas dan militan.

Nah! Apalagi yang kita tunggu. Bersegeralah menciptakan kebaikan. Jadilah muslimah militan, hingga akhirnya bidadari surgapun cemburu, ingin bergabung dalam barisan bara pejuang.

Sumber :
http://www.sinaimesir.com/?pilih=lihat&id=394
http://mutiarabiru.multiply.com/journal/item/5/Militansi_Muslimah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar